Bagaimana Kalau

Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam, tapi buah alpukat

Bagaimana kalau bumi bukan bulat, tapi segi empat

Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat

Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco

Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari

Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Sadikin dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop

Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra

Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan

Bagaimana kalau akustik dunia jadi demikian sempurnanya sehingga di kamar tidur kau sampai deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi serta suara-suara percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan margasatwa Afrika

Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu

Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita pelihara ternak sebagai pengganti

Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.

Sajak Ladang Jagung, 1975
Pustaka Jaya

Media Sosial

Follow Bilik Penyair on WordPress.com
Bacaan lain
Berdiri Memandang Sekeliling Pada Suatu Pagi yang Singkat