I
Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela
Basah langit yang sampai melepaskan senja
Bersama gemuruh yang dilemparkan jarum jam, kata-kata
bermimpilah bunga-bunga menyusun kenangannya
dari percakapan terik dan hama

“Kau toreh bibirnya yang merkah,” kata hama
“Dan kuhisap ini jantungnya yang masih merah”

II
Kenapa ia tak terkulai
dan masih bertahan juga
Dan bersenyum pada surya
yang mengunyah-ngunyah airmatanya

III
Untukku ingar itupun sentiasa menyurat
Atau mimpi
Tapi angin masih saja menggigil
mendesakkan pagi

IV
Tuhan, kau hanya kabar dari keluh

V
Burung-Burung pun
asing di sana
karena jarak dan bahasa

Meditasi, 1976
Budaya Jaya

Media Sosial

Follow Bilik Penyair on WordPress.com