Farida memetik-memetik dan sekuntum
buat dirinya. Di rambutnya bergetar-getar

dan tidak puas diciumnya waktu menempuh
sungai beralun. Ibunya yang suka melihatnya

lebih jelita bertanya: Dia apakah tau tentang
getaran bunga. Farida hanya menggeleng-geleng

sambil diciumnya berkali-kali. Setelah
lemas beberapa lama, getaran kemudian hilang

perlahan-lahan di lengan. Farida lalu mengatakan:
akan memetik lagi. Dan dia hilang di antara

kucupan-kucupan itu dan getaran-getaran. Dan dia
berpacu kuda di tengah hujan.

Alam Anggur, 1988
Dewan Bahasa & Pustaka

Media Sosial

Follow Bilik Penyair on WordPress.com
Bacaan lain
Haloo Maut