rumah
terpencil itu
tidak pernah kosong
angin datang perlahan
dengan selendang suteranya
menaiki tangga membuka pintu
menyusur ruang tengah
menghembus debu lantai
menyentuh bingkai gambar
di dinding kamar
menyapu sarang labah
di depan almari kaca
menjatuhkan tirai kelambu
sambil menyanyi perlahan
sebelum tertidur
di atas katil besinya
rumah terpencil itu
tidak pernah kosong
angin berjalan mundar-mandir
dengan megah di dalamnya
bagai seorang seripanggung tua
mengingati zaman gemilang
sebelum saat runtuh itu tiba
Pesisir Waktu, 1981
Dewan Bahasa & Pustaka