I Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela Basah langit yang sampai melepaskan senja Bersama gemuruh yang dilemparkan jarum jam,...
Ia selalu mondar-mandir mencari-cari bentuk dan namanya yang tak pernah ada
Kadang ayahku menyerupai Jakarta yang tua. Ingin membangun, ingin membangun, ingin membangun.
Ayahku berkata: “Tanah tempat kau tumbuh memang tak subur nak,” sambil makan buah-buahan dari pohon kakekku dengan lahapnya