Aku duduk dan minta segelas air es. Dalam hatiku namamu, dan kau tak ada. Orang-orang berbincang dan ketawa.
Kemarau pun berangkat dengan kaki tergesa. Dalam angin yang menerbangkan serbuk bunga.
I Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela Basah langit yang sampai melepaskan senja Bersama gemuruh yang dilemparkan jarum jam,...
Ia selalu mondar-mandir mencari-cari bentuk dan namanya yang tak pernah ada
Kadang ayahku menyerupai Jakarta yang tua. Ingin membangun, ingin membangun, ingin membangun.
Ayahku berkata: “Tanah tempat kau tumbuh memang tak subur nak,” sambil makan buah-buahan dari pohon kakekku dengan lahapnya
Pengantin laut membelai kehidupan dari pangkalan jodoh pertemuan lalu bermesra di pulau bahagia.
Kita adalah udang ketam sotong ikan lalu berenang sekawan. Riaknya berbunga hidup berkelopak kembang selaut
Tenang Telah Membawa Resah
(buat uda)
Tenang telah membawa resah. Resah telah membawa kau kemari.