Setitis darah memercik ke petak kain sarong. Di pahaku telah terpisah secebis kulit
Di sanalah bermula cetusan panca-inderamu, kemudian membiak ke seluruh liku pedalaman daerah yang lebih sulit dan dewasa
Dan malam ini seekor siput. bukalah kulit kerasmu jauh ke dasar malam. Relakan dagingmu disentuh angin.
kembali ke benih asal awal tumbuh kembali ke daerah asal awal datang kembali ke tunjang asal awal tegak
akulah penjaga segenap hutan akulah penyembuh setiap penyakit aku datang dari langit biru dengan jerat di leher aku terjun dari puncak bukit dengan tali di pinggang
Kulihat kebun ayahku terbakar oleh kemarau, perahu ayahku hanyut dibawa tengkujuh.
Kau di kamar, sekarang di belantara sepi yang tercipta, kauingatkah Khuldi Adam?
Masih saja tanah basah ini memberiku nafas, tapi mengapa ada yang diam-diam melucutkan kembangku dari lagu hujan, kemudian memaksaku membenamkan diri ke dalam kemarau?
Luka telah menjadi barah. Barah telah menjadi nanah. Nanah telah menjadi darah. Darah telah menjadi kata. Kata telah memakan seluruh barah, nanah dan darah.