Kemarau pun berangkat dengan kaki tergesa. Dalam angin yang menerbangkan serbuk bunga.
I Seribu gerimis menuliskan kemarau di kaca jendela Basah langit yang sampai melepaskan senja Bersama gemuruh yang dilemparkan jarum jam,...
Ia selalu mondar-mandir mencari-cari bentuk dan namanya yang tak pernah ada
Kadang ayahku menyerupai Jakarta yang tua. Ingin membangun, ingin membangun, ingin membangun.
Ayahku berkata: “Tanah tempat kau tumbuh memang tak subur nak,” sambil makan buah-buahan dari pohon kakekku dengan lahapnya
Barangkali itulah telor yang kadang hilang kadang nampak di tangan tukang sulap yang kautonton sore tadi.
cemaskah aku kalau nanti air hening kembali
cemaskah aku kalau gugur daun demi daun lagi
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang